Skip to content

Al-Qur'an Surat An-Naml Ayat 11

An-Naml Ayat ke-11 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اِلَّا مَنْ ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًاۢ بَعْدَ سُوْۤءٍ فَاِنِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ( النمل : ١١)

illā
إِلَّا
Except
kecuali
man
مَن
who
orang
ẓalama
ظَلَمَ
wrongs
berlaku zalim
thumma
ثُمَّ
then
kemudian
baddala
بَدَّلَ
substitutes
ia mengganti/menukar
ḥus'nan
حُسْنًۢا
good
kebaikan
baʿda
بَعْدَ
after
sesudah
sūin
سُوٓءٍ
evil
seburuk-buruk
fa-innī
فَإِنِّى
then indeed I Am
maka sesungguhnya Aku
ghafūrun
غَفُورٌ
Oft-Forgiving
Maha Pengampun
raḥīmun
رَّحِيمٌ
Most Merciful
Maha Penyayang

Transliterasi Latin:

Illā man ẓalama ṡumma baddala ḥusnam ba'da sū`in fa innī gafụrur raḥīm (QS. 27:11)

English Sahih:

Otherwise, he who wrongs, then substitutes good after evil – indeed, I am Forgiving and Merciful. (QS. [27]An-Naml verse 11)

Arti / Terjemahan:

Tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); maka seaungguhnya Aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Naml ayat 11)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Kecuali orang yang berlaku zalim terhadap dirinya dengan melakukan perbuatan dosa yang kemudian mengubah dirinya dengan kebaikan setelah melakukan kejahatan dengan cara bertobat; maka sungguh, Aku Maha Pengampun bagi mereka yang kembali kepada-Ku, dan Maha Penyayang kepada mereka.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini adalah rentetan pembicaraan langsung antara Allah dan Musa di lembah suci thuwa. Setelah Musa diangkat sebagai nabi dan rasul, Allah memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkat yang dipegang tangan kanannya.
Ketika tongkat itu dilemparkan, Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor jann, yaitu sejenis ular yang sangat gesit geraknya. Tidak terlintas di hati Musa sedikit pun bahwa tongkatnya itu akan berubah menjadi ular, padahal dengan tongkat itu Musa dapat mengambil manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai penggembala kambing. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
Dia (Musa) berkata, "Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain." (thaha/20: 18).

Ketika Musa melihat tongkatnya menjadi ular, dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh, karena merasa sangat ketakutan. Pada saat itu, Allah berfirman kepada Musa agar jangan takut, karena sesungguhnya orang yang diangkat menjadi rasul tidak patut takut di hadapan-Nya. Seruan Allah ini didahului dengan perintah untuk datang ke hadapan-Nya dan dijamin keamanannya. Maka Allah menegaskan dengan firman-Nya:
..."Wahai Musa! Kemarilah dan jangan takut. Sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman. (Al-Qasas/28: 31).

Selain itu, Allah memerintahkan Musa untuk memegang ular tersebut agar menjadi tongkat kembali. Ini merupakan mukjizat yang pertama bagi Musa. Firman Allah:
Dia (Allah) berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula. (thaha/20: 21).

Adapun orang yang takut kepada Allah ialah orang-orang yang berbuat zalim, yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Zalim itu bisa terhadap diri sendiri, orang lain, maupun makhluk-makhluk Allah lain.
Orang yang sungguh-sungguh bertobat kepada Allah, tidak akan berbuat zalim lagi, kemudian mengiringinya dengan perbuatan baik, tidak perlu takut menghadapi Allah. Hal ini merupakan kabar gembira bagi mereka dan juga bagi seluruh umat manusia, sebagaimana perilaku para tukang sihir Fir'aun yang beriman kepada Musa sebagai utusan Allah. Siapa saja yang berbuat dosa, kemudian menghentikan diri dari perbuatan-perbuatan tersebut dan bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk. (thaha/20: 82).

Dan firman-Nya lagi:
Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (an-Nisa'/4: 110).

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Tetapi) (orang-orang yang berlaku zalim) berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri (kemudian menggantinya dengan kebaikan) yang ia lakukan (sesudah keburukannya itu) bertobat daripadanya (maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) menerima tobatnya dan mengampuninya

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Istisna dalam ayat ini munqati', di dalamnya terkandung berita gembira yang besar bagi manusia, karena disebutkan bahwa barang siapa yang mengerjakan suatu keburukan, lalu meninggalkannya dan bertobat serta kembali kepada Allah, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. (Taha: 82)

Dan firman Allah Swt.:

Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya. (An Nisaa:110), hingga akhir ayat.

Ayat-ayat yang menunjukkan makna yang sama cukup banyak.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Tetapi, barangsiapa melakukan perbuatan terlarang lalu mengubah kesalahannya dengan berbuat baik, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Mahabesar rahmat-Nya.