Al-Qur'an Surat Asy-Syu'ara' Ayat 148
Asy-Syu'ara' Ayat ke-148 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia
وَّزُرُوْعٍ وَّنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيْمٌ ۚ ( الشعراۤء : ١٤٨)
- wazurūʿin
- وَزُرُوعٍ
- And cornfields
- dan tanam-tanaman
- wanakhlin
- وَنَخْلٍ
- and date-palms
- dan pohon-pohon korma
- ṭalʿuhā
- طَلْعُهَا
- its spadix
- mayangnya
- haḍīmun
- هَضِيمٌ
- soft?
- lembut
Transliterasi Latin:
Wa zurụ'iw wa nakhlin ṭal'uhā haḍīm(QS. 26:148)
English Sahih:
And fields of crops and palm trees with softened fruit? (QS. [26]Ash-Shu'ara verse 148)
Arti / Terjemahan:
Dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. (QS. Asy-Syu'ara' ayat 148)
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
dan tanaman-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut yang akan menghasilkan buah kurma yang enak dan lezat.
Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI
Nabi Saleh mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu:
1. Mereka hidup dengan aman di negeri mereka, bebas dari gangguan musuh, dan memperoleh kebahagiaan serta ketenteraman hidup.
2. Mereka mempunyai tanah pertanian yang subur, binatang ternak yang banyak, dan memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk membuat kanal-kanal irigasi yang teratur. Mereka hidup sebagai petani, penggembala, saudagar, dan penggali logam dari dalam tanah. Oleh karena itu, negeri mereka menjadi indah, dipenuhi tanaman yang menyenangkan mata orang yang memandangnya. Bahkan di antara mereka ada yang mengatakan bahwa negeri merekalah sebenarnya surga yang dijanjikan Allah.
3. Mereka diberi kemampuan memahat gunung batu untuk dijadikan tempat tinggal.
Itulah berbagai nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kaum Samud. Mereka seharusnya mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah itu, tetapi semakin hari mereka semakin sombong. Mereka merasa bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu hanya karena usaha mereka sendiri, bukan karena nikmat Allah. Oleh karena itu, mereka tidak percaya akan adanya hari Kiamat. Hidup yang sebenarnya menurut mereka adalah hidup di dunia ini dan mereka menginginkan agar kekal di dunia.
Kaum Samud tidak lagi memikirkan bagaimana nasib mereka nanti, seandainya pada suatu waktu, Allah secara tiba-tiba mencabut semua kebahagiaan dan kemakmuran mereka dan menukarnya dengan malapetaka yang dahsyat. Semua itu bisa dilakukan Allah karena keingkaran dan kesombongan mereka sendiri.
Ayat ini mengandung makna bagaimana dengan bekal akal yang kuat maka manusia dapat memahat batu gunung untuk dijadikan tempat tinggal sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Samud. Pada saat ini, teknologi alat-alat pemahat sudah berkembang dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, antara lain untuk memotong dan membelah batu gunung yang keras. Peralatan-peralatan tersebut sepenuhnya digerakkan oleh tenaga mesin atau robot. Bahkan manusia telah mampu menciptakan teknologi pemahatan super-canggih di mana objek dipotong atau dibelah dengan sinar laser. Hasilnya sangat halus dan tepat. Dengan alat mutakhir ini, batuan granit yang sangat keras pun menjadi mudah dibelah atau dipotong. Itulah hasil pikiran manusia.
Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Dan tanaman-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut) yakni lemah lembut
Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Nabi Saleh berkata kepada mereka seraya menasehati dan memperingatkan mereka akan siksaan Allah yang akan menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang berlimpah, dan Allah menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi mereka kebun-kebun, dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta dikeluar-kan-Nyalah bagi mereka tanam-tanaman dan buah-buahan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan Hadim ialah mekar dan masak.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni yang subur.
Ismail ibnu Abu Khalid telah meriwayatkan dari Amr ibnu Abu Amr —yang menjumpai masa sahabat— dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yaitu bila telah masak dan bergayutan; diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Saleh.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ala sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Maksudnya, mayang kurma yang berekor (karena isinya yang banyak).
Mujahid mengatakan bahwa hadim ialah bila kering banyak buahnya sehingga berserakan.
Ibnu Juraij mengatakan, ia pernah mendengar Abdul Karim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Umayyah yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni saat mayang tersebut muncul mengatup dan menutupi buahnya, maka buahnya yang masih basah itu dinamakan hadim. Sedangkan kurma yang kering bila terkatup oleh mayangnya, maka buahnya yang kering itu dinamakan hasyim.
Ikrimah mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa hadim artinya buah kurma yang lembut. Ad-Dahhak mengatakan bahwa apabila tandan kurma banyak buahnya sehingga buahnya sebagian di antaranya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain, maka dinamakan hadim. Murrah mengatakan bahwa hadim ialah mayang kurma saat mekar dan kelihatan hijau (yakni subur buahnya).
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, hadim ialah buah kurma yang tidak ada bijinya.
Abu Sakhr mengatakan, "Manakala engkau melihat mayang kurma mekar, lalu engkau lihat buahnya bersusun-susun, maka itulah yang dinamakan hadim.
Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab
Serta tanam-tanaman yang siap dituai dan pepohonan kurma yang buahnya matang dan lembut.