Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Isra' Ayat 76

Al-Isra' Ayat ke-76 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

وَاِنْ كَادُوْا لَيَسْتَفِزُّوْنَكَ مِنَ الْاَرْضِ لِيُخْرِجُوْكَ مِنْهَا وَاِذًا لَّا يَلْبَثُوْنَ خِلٰفَكَ اِلَّا قَلِيْلًا ( الاسراۤء : ٧٦)

wa-in
وَإِن
And indeed
dan bahwa
kādū
كَادُوا۟
they were about
hampir-hampir mereka
layastafizzūnaka
لَيَسْتَفِزُّونَكَ
(to) scare you
sungguh mereka membuat gelisah kamu
mina
مِنَ
from
dari
l-arḍi
ٱلْأَرْضِ
the land
bumi/negeri
liyukh'rijūka
لِيُخْرِجُوكَ
that they evict you
untuk mengeluarkan/mengusir kamu
min'hā
مِنْهَاۖ
from it
dari padanya
wa-idhan
وَإِذًا
But then
dan jika demikian
لَّا
not
tidak
yalbathūna
يَلْبَثُونَ
they (would) have stayed
mereka tinggal/berdiam
khilāfaka
خِلَٰفَكَ
after you
belakang/sepeninggalanmu
illā
إِلَّا
except
melainkan
qalīlan
قَلِيلًا
a little
sedikit/sebentar

Transliterasi Latin:

Wa ing kādụ layastafizzụnaka minal-arḍi liyukhrijụka min-hā wa iżal lā yalbaṡụna khilāfaka illā qalīlā (QS. 17:76)

English Sahih:

And indeed, they were about to provoke [i.e., drive] you from the land [i.e., Makkah] to evict you therefrom. And then [when they do], they will not remain [there] after you, except for a little. (QS. [17]Al-Isra verse 76)

Arti / Terjemahan:

Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja. (QS. Al-Isra' ayat 76)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Dan sungguh, mereka orang-orang kafir itu hampir membuatmu wahai Nabi Muhammad gelisah di negeri Mekah karena mereka menyuruh engkau harus keluar dari negeri itu, akan tetapi Allah mencegahnya sehingga tidak terlaksana keinginan orang-orang kafir itu, dan kalau terjadi demikian, yakni jika mereka benar-benar mengusirmu dari Mekah niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal di sana melainkan sebentar saja, kemudian mereka akan hancur binasa.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Ayat ini mengungkapkan bagaimana berbagai tekanan yang dihadapi Rasulullah dan kaum Muslimin hampir berhasil membuat beliau tidak tahan lagi berdiam di Mekah, apalagi setelah orang-orang kafir Quraisy membuat rencana untuk membunuhnya. Peristiwa itulah yang melatarbelakangi ter-jadinya peristiwa Hijrah ke Medinah.
Allah menyampaikan ancaman-Nya melalui Rasulullah kepada kaum kafir Quraisy bahwa jika Nabi dan kaum Muslimin terusir dari Mekah, maka itu tidak akan dibiarkan oleh Allah. Dalam waktu singkat mereka akan dibinasakan Allah dan selanjutnya negeri Mekah akan dikuasai kembali oleh kaum Mukminin. Janji Allah itu terbukti dengan terbunuhnya para pemimpin Quraisy dalam perang Badar yang terjadi pada tahun kedua sesudah Nabi hijrah ke Medinah, dan ditaklukkannya kota Mekah pada tahun ke-8 Hijrah.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

Ayat ini diturunkan ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi saw., "Jika kamu benar-benar seorang nabi, pergilah kamu ke negeri Syam karena negeri itu adalah negeri para nabi." (Dan sesungguhnya) huruf in di sini adalah bentuk takhfif daripada inna (benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri ini) di kota Madinah (untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian) seandainya mereka benar-benar mengusirmu (niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal) di dalam kota Madinah (melainkan sebentar saja) lalu mereka akan dibinasakan oleh azab-Ku.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, ketika mereka memberikan saran kepada Rasulullah Saw. untuk tinggal di negeri Syam yang merupakan negeri para nabi dengan meninggalkan kota Madinah yang ditempatinya saat itu. Pendapat ini di­nilai lemah karena ayat ini jelas ayat Makkiyyah, sedangkan Rasulullah Saw. tinggal di Madinah sesudah itu.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, sesungguhnya ayat ini diturunkan di Tabuk. Akan tetapi, kesahihan pendapat ini masih perlu dipertimbang­kan.

Imam Baihaqi dan Imam Hakim telah meriwayatkan dari Al-Asam, dari Ahmad ibnu Abdul Jabbar Al-Utaridi, dari Yunus ibnu Bukair, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam bahwa di suatu hari orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah Saw., lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim, jika engkau benar seorang nabi, maka pergilah ke negeri Syam, karena sesungguhnya negeri Syam adalah tanah Mahsyar dan tempat tinggal para nabi." Ternyata apa yang dikatakan oleh mereka itu dibenarkannya. Maka Nabi Saw. berangkat ke Medan Tabuk dengan tujuan tiada lain adalah negeri Syam. Setelah Nabi Saw. sampai di Medan Tabuk, Allah menurunkan kepadanya beberapa ayat surat Al-Isra setelah surat Al-Isra khatam, yaitu mulai dari firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri(mu) untuk mengusirmu darinya. (Al Israa':76) Sampai dengan firman-Nya: suatu perubahan pun. (Al Israa':77) Maka Allah memerintahkan kepada Nabi Saw. untuk kembali ke Madinah, dan Allah berfirman, "Di Madinahlah tempat hidupmu dan tempat kematianmu, serta di Madinahlah engkau akan dibangkitkan."

Sanad hadis ini masih perlu dipertimbangkan kesahihannya, tetapi yang jelas pendapat ini tidak benar, karena sesungguhnya Nabi Saw. melakukan perang di Medan Tabuk bukan karena anjuran orang-orang Yahudi, melainkan menaati perintah Allah yang disebutkan melalui firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu. (At Taubah:123)

Dan firman Allah Swt.:

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak meng­haramkan apa yang di haramkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sam­pai mereka membayar jizyah dengan patuh, sedangkan mereka dalam keadaan tunduk. (At Taubah:29)

Nabi Saw. memerangi mereka di Tabuk untuk melakukan pembalasan atas gugurnya sebagian dari para sahabat dalam perang Mu’tah.

Seandainya hadis tadi sahih, tentulah semakna dengan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Aqirah ibnu Ma'dan, dari Salim ibnu Amir, dari Abu umamah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Al-Qur’an diturunkan di tiga tempat, yaitu Mekah, Madinah, dan Syam.

Al-Walid mengatakan, yang dimaksud dengan Syam ialah Baitul Maqdis. Akan tetapi tafsir yang mengatakan di Tabuk adalah lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh Al-Walid yang menyatakan di Baitul Maqdis.

Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini di turunkan berkenaan de­ngan orang-orang kafir Quraisy manakala mereka bertekad untuk meng­usir Rasulullah Saw. dari kampung halaman mereka. Maka Allah Swt. mengancam mereka dengan menurunkan ayat ini. Jika mereka mengusir Nabi Saw., sesudah itu tentulah mereka tidak akan lama lagi dapat ting­gal di Mekah. Dan memang demikianlah kejadiannya, karena sesungguh­nya sesudah Nabi Saw. berhijrah meninggalkan mereka setelah mengala­mi tekanan yang sangat berat dari pihak mereka, maka dalam masa satu setengah tahun berikutnya Allah Swt. mempertemukan mereka dengan Nabi Saw. di Medan Badar tanpa diduga-duga oleh mereka. Kemudian Allah memberikan kemenangan kepada Nabi Saw. atas mereka, sehingga banyak dari kalangan pemimpin mereka yang terhormat gugur dan yang lainnya ditawan.

Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terha­dap rasul-rasul Kami., hingga akhir ayat.

Dengan kata lain, demikianlah ketetapan Kami terhadap orang-orang yang kafir kepada rasul-rasui Kami dan yang menyakitinya dengan mengusirnya dari tempat tinggal mereka, Allah menurunkan azab terhadap mereka. Seandainya saja Rasulullah Saw. bukanlah rasul pembawa rah­mat, tentulah mereka akan ditimpa pembalasan di dunia ini dengan azab yang tak pernah dialami oleh seorang manusia pun. Dalam suatu ayat disebutkan oleh firman-Nya:

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. (Al Anfaal:33), hingga akhir ayat.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Orang-orang kafir Mekah telah melakukan berbagai upaya dan hampir dapat merintangi dirimu melalui permusuhan dan rencana jahat mereka, agar mereka dapat mengusirmu dari tanah Mekah. Seandainya hal itu terjadi, maka sepeninggalmu mereka hanya akan tinggal di Mekah sebentar saja. Setelah itu mereka akan dikalahkan dan agama Allah pun pasti akan menang.

Asbabun Nuzul
Surat Al-Isra' Ayat 76

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-il, dari Hadits Syahr bin Hausyab, yang bersumber dari Abdurrahman bin Ghanam. Hadits ini mursal dan sanadnya daif, tapi memiliki syaahiid (penguat) seperti beritkutnya. Bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Nabi saw. (untuk menghasut), dengan berkata: "Sekiranya engkau benar-benar seorang Nabi, pergilah ke Syam, karena Syam itu tempat berkumpul dan negeri para nabi." Rasulullah percaya akan omongan mereka sehingga terkesan di dalam hatinya. Ketika perang Tabuk, Rasulullah bermaksud menuju Syam. Namun sesampainya di Tabuk, Allah menurunkan ayat-ayat ini (al-Israa: 73-75 diakhiri dengan ayat 76), sebagai pemberitahuan kepada Rasulullah bahwa kaum Yahudi itu bermaksud mengeluarkan beliau dari Madinah, dan sebagai pemberitahuan kepada beliau supaya pulang kembali ke Madinah. Berkatalah Jibril kepada Nabi saw: "Mintalah kepada Rabbmu, karena tiap-tiap Nabi itu ada permintaannya." Nabi saw berkata: "Apa yang engkau anjurkan untuk aku minta?" Jibril berkata: "Mohonlah, rabbi adkhilnii mudkhala shidqiw wa akhrijnii mukhraja shidqiw wajal lii mil ladungka shultaanan nashiiraa," (ya Rabbi, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah [pula] aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong) (al-Israa: 80). Ayat ini (al-Israa: 73-76, 80) turun berkenaan dengan keharusan Rasulullah pulang dari Tabuk.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Said bin Jubair. Hadits ini mursal. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dan disebutkan bahwa yang berkata kepada Rasulullah itu adalah kaum Yahudi. Hadits inipun mursal, bahwa kaum musyrikin berkata kepada Nabi saw, "Nabi-nabi bertempat tinggal di Syam, mengapa engkau tinggal di Madinah?" Ketika itu hampir dilaksanakan oleh Nabi, turunlah ayat ini (al-Israa: 80) yang memberitahukan maksud kaum musyrikin yang ingin mengusir beliau.