Skip to content

Al-Qur'an Surat Al-Isra' Ayat 48

Al-Isra' Ayat ke-48 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اُنْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوْا لَكَ الْاَمْثَالَ فَضَلُّوْا فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَبِيْلًا ( الاسراۤء : ٤٨)

unẓur
ٱنظُرْ
See
perhatikanlah
kayfa
كَيْفَ
how
bagaimana
ḍarabū
ضَرَبُوا۟
they put forth
mereka membuat
laka
لَكَ
for you
terhadapmu
l-amthāla
ٱلْأَمْثَالَ
the examples;
perumpamaan-perumpamaan
faḍallū
فَضَلُّوا۟
but they have gone astray
maka mereka tersesat
falā
فَلَا
so not
maka tidak
yastaṭīʿūna
يَسْتَطِيعُونَ
they can
mereka mendapatkan
sabīlan
سَبِيلًا
(find) a way
jalan

Transliterasi Latin:

Unẓur kaifa ḍarabụ lakal-amṡāla fa ḍallụ fa lā yastaṭī'ụna sabīlā (QS. 17:48)

English Sahih:

Look how they strike for you comparisons; but they have strayed, so they cannot [find] a way. (QS. [17]Al-Isra verse 48)

Arti / Terjemahan:

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (QS. Al-Isra' ayat 48)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah memerintahkan kepada Rasul, "Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu, dengan menggunakan kata-kata seperti dukun, penyair, penyihir, gila, dan sebagainya, karena itu mereka menjadi sesat, jauh dari petunjuk Tuhan, dan tidak dapat lagi menemukan jalan yang benar menuju kepadanya."

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah swt lalu memerintahkan Rasulullah agar memperhatikan bagaimana kaum musyrikin membuat perumpamaan bagi dirinya, seperti mengatakan bahwa beliau gila, penyair, kena sihir, dan sebagainya. Dengan demikian, mereka telah menjadi sesat, dan tidak akan mendapat petunjuk karena telah menyimpang dari jalan yang benar. Berbagai perumpamaan yang mereka berikan kepada Nabi Muhammad saw ketika mendengarkannya membacakan Al-Qur'an, adalah pernyataan yang lahir dari sikap mental mereka terhadap wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Mereka sebenarnya tidak mau mengakui kebenaran wahyu yang dibacakan Rasulullah, karena membawa keterangan-keterangan yang bertentangan dengan kepercayaan yang diwarisi secara membabi buta dari nenek moyang mereka. Oleh sebab itu, mereka tidak bisa diharapkan lagi untuk mendapat petunjuk dan bimbingan dari wahyu, karena hati mereka telah diselubungi oleh noda-noda kemusyrikan yang luar biasa.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadap dirimu) yaitu dengan menuduhmu sebagai orang yang terkena sihir, juru peramal, dan seorang penyair (karena itu mereka menjadi sesat) dari jalan hidayah (dan tidak dapat lagi menemukan jalan) yang benar untuk mencapai hidayah.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya tentang apa yang dibisik-bisikkan oleh pemimpin orang-orang kafir Quraisy di antara sesamanya ketika mereka datang mendengarkan apa yang dibacakan oleh Nabi Saw. secara sembunyi-sembunyi melalui kaum mereka. Mereka mengatakan bahwa Nabi Saw. adalah seorang laki-laki yang kena sihir. Demikianlah menurut pendapat yang terkenal yang mengatakan bahwa kata mas-hur adalah bentuk isim maf'ul dari as-sihr yang artinya terkena sihir. Atau dapat dikatakan bahwa ia berasal dari as-sahar yang artinya paru-paru. Dengan kata lain, tiadalah yang kalian ikuti melainkan seorang manusia yang memakan makanan.

Dikatakan yus-haru bit ta'ami wasy'syarabi artinya diberi makan dan minum. Pendapat ini dinilai benar oleh Ibnu Jarir. Tetapi masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, karena sesungguhnya orang-orang kafir itu dalam kalimatnya ini bermaksud bahwa Nabi Saw. adalah seorang yang kena sihir yang memiliki jin. Jin itu selalu datang kepadanya menyam­paikan kalam yang telah didengarnya, kemudian Nabi Saw. membacanya.

Di antara orang-orang kafir ada yang menuduhnya (Nabi Saw.) sebagai seorang penyair, ada yang menuduhnya seorang tukang tenung, ada yang menuduhnya seorang yang gila, dan ada yang menuduhnya seorang yang ahli sihir. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu, karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar).

Yakni mereka tidak dapat memperoleh petunjuk ke jalan yang benar dan tidak dapat menemukan jalan keluar dari kesesatannya.

Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim ibnu Syihab Az-Zuhri, ia pernah menceritakan suatu kisah bahwa Abu Sufyan ibnu Harb dan Abu Jahal ibnu Hisyam serta Al-Akhnas ibnu Syuraiq ibnu Amr ibnu Wahb As-Saqafi (teman sefakta Bani Zuhrah) keluar di suatu malam dengan tujuan untuk mendengar apa yang dibaca oleh Rasulullah Saw. dalam salatnya di malam hari di dalam rumahnya. Kemudian masing-masing orang dari mereka mengambil posisinya masing-masing untuk mencuri dengar dari tempat (posisi)nya, masing-masing dari mereka tidak mengetahui tempat temannya. Maka semalaman penuh mereka mendengarkan apa yang dibaca oleh Rasulullah Saw. Setelah fajar terbit, mereka bubar.' Dan ketika mereka bertemu di tengah perjalan pulangnya, mereka saling mencela di antara sesamanya. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Janganlah kalian lakukan lagi, karena kalau ada seseorang dari kalangan awam kalian melihat kalian, maka akan menimbulkan kecurigaan di hatinya terhadap kalian." Setelah itu mereka pulang ke tempatnya masing-masing. Kemudian pada malam yang kedua, masing-masing dari mereka kembali ke tempat posisinya semula, lalu semalaman mereka mendengarkan bacaan Nabi Saw. Ketika fajar terbit mereka bubar, dan dalam perjalanan pulangnya mereka bersua, lalu sebagian dari mereka mengatakan hal yang sama seperti kemarin kepada sebagian yang lainnya, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Pada malam yang ketiganya masing-masing orang dari mereka kem­bali ke tempat posisinya semula, lalu semalaman mereka mendengarkan bacaan Nabi Saw. (dalam salatnya) hingga fajar terbit, kemudian mereka pulang. Di tengah jalan mereka bersua, maka sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Kita tidak mau meninggalkan tempat ini sebelum ada perjanjian di antara kita, bahwa kita tidak akan kembali lagi melakukan hal ini!" Akhirnya mereka mengadakan perjanjian di antara sesamanya, bahwa mereka tidak akan mengulanginya lagi. Se­telah itu masing-masing pulang ke rumahnya. Pada keesokkan harinya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tong­katnya, lalu keluar rumah menuju ke tempat Abu Sufyan ibnu Harb. Sesampainya di rumah Abu Sufyan, Al-Akhnas berkata kepadanya, "Hai Abu Hanzalah, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah engkau dengar dari Muhammad?" Abu Sufyan menjawab, "Hai Abu Salabah, demi Allah, sesungguh­nya saya telah mendengar banyak hal yang saya ketahui, dan saya menge­tahui apa yang dimaksud olehnya dengan perkataannya itu. Tetapi saya juga telah mendengar banyak hal yang tidak saya ketahui makna dan maksudnya." Al-Akhnas berkata, "Demi yang engkau sebut dalam sumpahmu itu, saya pun mempunyai pemahaman yang sama." Al-Akhnas pergi meninggalkan Abu Sufyan, lalu menuju ke rumah Abu Jahal. Sesampainya di rumah Abu Jahal, Al-Akhnas bertanya kepa­danya, "Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah engkau dengar dari Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Apa yang saya dengar?" Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami dan Bani Abdu Manaf bersaing untuk merebut kedudukan. Mereka memberi makan, maka kami memberi makan pula. Mereka memberikan tunggang­an, maka kami pun memberikan tunggangan pula. Dan mereka memberi, maka kami pun memberi pula. Hingga manakala kami sedang sengit-sengitnya berlomba, mereka mengatakan, 'Di antara kami ada seorang nabi yang mendapat wahyu dari langit.' Maka jika kami menjumpai masa­nya, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya dan tidak memper­cayainya selama-lamanya." Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkan Abu Jahal dan pulang ke rumahnya.

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu. Mereka mengumpamakan dirimu sebagai orang yang tersihir, seorang dukun dan penyair. Dengan begitu mereka keluar dari tatacara berargumentasi yang benar sehingga mereka tidak menemukan jalan agar tuduhan mereka terhadapmu dapat diterima. Atau karena mereka memang lebih mengutamakan jalan itu daripada jalan petunjuk sehingga tidak menemukannya.