Skip to content

Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd Ayat 26

Ar-Ra'd Ayat ke-26 ~ Quran Terjemah Perkata (Word By Word) English-Indonesian dan Tafsir Bahasa Indonesia

اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗوَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ ࣖ ( الرّعد : ٢٦)

al-lahu
ٱللَّهُ
Allah
Allah
yabsuṭu
يَبْسُطُ
extends
melapangkan/meluaskan
l-riz'qa
ٱلرِّزْقَ
the provision
rezki
liman
لِمَن
for whom
bagi siapa
yashāu
يَشَآءُ
He wills
Dia kehendaki
wayaqdiru
وَيَقْدِرُۚ
and restricts
dan Dia menyempitkan
wafariḥū
وَفَرِحُوا۟
And they rejoice
dan mereka bergembira
bil-ḥayati
بِٱلْحَيَوٰةِ
in the life
dengan kehidupan
l-dun'yā
ٱلدُّنْيَا
(of) the world
dunia
wamā
وَمَا
and nothing
dan/padahal
l-ḥayatu
ٱلْحَيَوٰةُ
(is) the life
kehidupan
l-dun'yā
ٱلدُّنْيَا
of the world
dunia
فِى
in (comparison to)
dalam
l-ākhirati
ٱلْءَاخِرَةِ
the Hereafter
kehidupan akhirat
illā
إِلَّا
except
hanyalah
matāʿun
مَتَٰعٌ
an enjoyment
kesenangan

Transliterasi Latin:

Allāhu yabsuṭur-rizqa limay yasyā`u wa yaqdir, wa fariḥụ bil-ḥayātid-dun-yā, wa mal-ḥayātud-dun-yā fil-ākhirati illā matā' (QS. 13:26)

English Sahih:

Allah extends provision for whom He wills and restricts [it]. And they rejoice in the worldly life, while the worldly life is not, compared to the Hereafter, except [brief] enjoyment. (QS. [13]Ar-Ra'd verse 26)

Arti / Terjemahan:

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar-Ra'd ayat 26)

Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah yang Maha Pemurah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi rezeki siapa yang Dia kehendaki dari hambahamba-Nya. Mereka yang ingkar bergembira ria dengan kebahagian hidup yang mereka peroleh di kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang berlangsung begitu singkat dibanding kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.

Tafsir Lengkap Kemenag
Kementrian Agama RI

Allah melapangkan dan memudahkan rezeki bagi sebagian hamba yang dikehendaki-Nya, sehingga mereka memperoleh rezeki yang lebih dari keperluan sehari-hari. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan terampil dalam mencari harta, dan melakukan bermacam-macam usaha. Selain itu, mereka hemat dan cermat serta pandai mengelola dan mempergunakan harta bendanya itu.
Sebaliknya, Allah juga membatasi rezeki bagi sebagian hamba-Nya, sehingga rezeki yang mereka peroleh tidak lebih dari apa yang diperlukan sehari-hari. Mereka biasanya adalah orang-orang pemalas dan tidak terampil dalam mencari harta, atau tidak pandai mengelola dan mempergunakan harta tersebut.
Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki hamba-Nya berdasarkan hikmah serta pengetahuan-Nya tentang masing-masing hamba itu. Kedua hal tersebut tidak ada hubungannya dengan kadar keimanan dan kekafiran hamba-Nya. Oleh karena itu, ada kalanya Allah menganugerahkan rezeki yang banyak kepada hamba-Nya yang kafir. Sebaliknya, kadang-kadang Allah menyempitkan rezeki bagi hamba yang beriman untuk menambah pahala yang kelak akan mereka peroleh di akhirat. Maka kekayaan dan kemiskinan adalah dua hal yang dapat terjadi pada orang-orang beriman maupun yang kafir, yang saleh ataupun yang fasik.
Ayat ini selanjutnya menceritakan bahwa kaum musyrik Mekah yang suka memungkiri janji Allah, sangat bergembira dengan banyaknya harta benda yang mereka miliki, dan kehidupan duniawi yang berlimpah-ruah, dan mereka mengira bahwa harta benda tersebut merupakan nikmat dan keberuntungan terbesar.
Oleh sebab itu, pada akhir ayat ini Allah menunjukkan kekeliruan mereka, dan menegaskan bahwa kenikmatan hidup duniawi ini hanyalah merupakan kenikmatan yang kecil, pendek waktunya, serta mudah dan cepat hilang, dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat yang besar nilainya dan sepanjang masa. Dengan demikian, tidaklah pada tempatnya bila mereka bangga dengan kenikmatan di dunia yang mereka rasakan itu.
Dalam hubungan ini, riwayat yang disampaikan oleh Imam at-Tirmidzi dari Ibnu Masud menyebutkan sebagai berikut:
Pernah Rasulullah tidur di atas sehelai tikar kemudian beliau bangun dari tidurnya, dan kelihatan bekas tikar itu pada lambungnya, lalu kami berkata, "Ya Rasulullah seandainya kami ambilkan tempat tidur untukmu?" Rasulullah bersabda, "Apalah artinya dunia ini bagiku. Aku hidup di dunia ini hanya laksana seorang pengendara yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian ia berangkat lagi dan meninggalkan pohon itu." (Riwayat at-Tirmidzi dari Ibnu Masud)

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Allah meluaskan rezeki) melebarkannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya) artinya Allah pun menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (Mereka bergembira) yang dimaksud ialah penduduk Mekah, yaitu dengan kegembiraan yang sombong (dengan kehidupan di dunia) dengan apa yang telah mereka peroleh daripada perkara duniawi (padahal kehidupan dunia itu) dibanding dengan (kehidupan di akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit) kesenangan yang bersifat sementara lalu lenyap.

Tafsir Ibnu Katsir
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dialah yang meluaskan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia pulalah yang menyempitkannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, karena hal itu mengandung hikmah dan keadilan yang hanya diketahui oleh-Nya. Tetapi orang-orang kafir itu merasa gembira dengan kehidupan duniawi yang diberikan kepada mereka, padahal pemberian itu adalah istidraj dan penangguhan azab bagi mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu'minun:55-56)

Kemudian Allah menghinakan kehidupan dunia bila dibandingkan dengan pahala yang disimpan oleh Allah Swt. buat hamba-hamba-Nya yang mukmin kelak di hari akhirat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

...padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat hanyalah kesenangan (yang sedikit).

Sama halnya dengan yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Katakanlah, "Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kalian tidak akan dianiaya sedikit pun. (An Nisaa:77)

Tetapi kalian (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 16-17)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dan Yahya ibnu Sa'id, keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais, dari Al-Mustawrid (saudara lelaki Bani Fihr) yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah kehidupan dunia bila dibanding dengan kehidupan di akhirat melainkan seperti seseorang di antara kalian yang mencelupkan jari telunjuknya ke laut ini, maka perhatikanlah apakah yang dihasilkannya. Rasulullah Saw. bersabda demikian seraya berisyarat dengan jari telunjuknya.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya.

Di dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. melewati bangkai seekor kambing yang kedua telinganya kecil (kurus), lalu beliau Saw. bersabda:

Demi Allah, sesungguhnya dunia ini lebih diremehkan oleh Allah daripada kambing ini menurut pandangan pemiliknya ketika ia mencampakkan (bangkai)nya

Tafsir Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab

Kalau orang-orang Mukmin merasa bahwa orang-orang musyrik itu diberi banyak kekayaan, sedangkan mereka tidak demikian, maka hendaknya mereka menyadari bahwa Allah Swt. memang memberikan rezeki yang banyak kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya jika ia menempuh cara-cara mendapatkannya. Allah juga akan mempersempit rezeki seseorang yang dikehendaki-Nya. Dia akan memberi rezeki kepada orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Jangan kalian kira bahwa banyaknya harta pada orang-orang musyrik itu adalah bukti bahwa mereka berada dalam kebenaran. Akan tetapi, mereka kemudian terlena oleh harta mereka, padahal Allah memberikan kenikmatan dunia kepada orang yang menyukainya dan tidak menyukainya. Kehidupan dunia ini hanyalah kenikmatan sementara yang sedikit dan fana.